Sabtu, 22 Juni 2013

'sebab-akibat'



Tuhan, menurutku hidup ini sangat berat (sekali) aku bahkan sering berfikir tidak akan bisa melewati semua ini, tapi ternyata aku bisa. Aneh, sungguh aneh Tuhan.
            Sekarang aku ada pada jalan pilihanku atau pilihanmu, ketetapanku atau ketetapanMu? Oh, aku lupa aku tidak memiliki ketetapan. Tuhan, jika hidup ini berdasar dari teori sebab-akibat maka aku bingung penderitaan ini akibat apa? Atau mungkin suatu sebab sebuah kejadian nanti?
            Aku bingung, melebihi kebingungan semua yang bingung secara tidak berlebihan aku memang begitu. Dibilang hidup ini singkat, menurutku tidak. Sangat lama bagiku, lama sekali, lebih lama lagi, terutama yang utama. Ya, ketika rasa sakit itu datang, seolah seruluh hak hidupku di dunia direnggut paksa oleh sosok yang begitu menyakitkan itu. Apa ini pemberianMu ya Tuhan? Jika iya mengapa diberikan kepadaku, apa lagi-lagi berkorelasi dengan si “sebab-akibat” itu?
            Tuhan, kumohon jangan sakiti aku!!!


Lelah





Saya lelah, begitu lemah..
Sensasi rasa ini begitu memuakan
Saya hanya ingin ada kawan
Bukan iblis yang menyamar sebagai malaikat,
Baik tapi sungguh perlahan-lahan menghancurkan..

Mengapa kau tak pergi saja sih?
Saya muak, iya, muak, sungguh!!!


Jumat, 14 Juni 2013

kamu, ya kamu...



 Kamu…
          Kamu bukanlah orang yang mudah terbuka pada orang lain… bahkan juga padaku. Terkadang begitu takut bagiku untuk menebak apa yang sedang kamu fikirkan saat ini. Terlalu takut bagiku untuk hanya bertanya “Apa kabarmu hari ini?” atau begitu takut bagiku saat ini untuk berkata “Aku sungguh sedang tidak baik-baik saja, apakah kamu tau itu?” kita sama diam, menyimpan beribu pertanyaan dalam benak dan entah kapan bias kita keluarkan. Atau mungkin hanya aku saja yang berfikir seperti ini? Atau mungkin hanya aku saja yang memendam begitu banyak pertanyaan yang takut untuk ku katakan padamu? Entahlah aku tidak pernah meyakininya.
            Tapi ada begitu banyak masa-masa indah yang kita lalui bersama, Apakah kamu ingat itu? Begitu banyak medan alam yang kita lalui bersama, kita menjelajah bersama, tertawa bersama, mengagumi keindahan bersama, tapi itu dulu, dulu sekali…
            Kamu lupa mengajariku cara berbicara dari hati ke hati. Begitu banyak ungkapan hati yang ingin kusampaikan padamu. Atau sekedar pendapatku tentang jalan atau tindakan yang kamu pilih. Tapi aku tau kamu melakukan semuanya dengan benar dan sesuai apa kata hatimu. Kamu sangat mempercayai intuisi dan pendapatmu. Mungkin  juga kamu sangat mempercayaiku, hingga semua pilihanku hanya kuputuskan sendiri saja. Akupun percaya aku bias menentukan semuanya berdasarkan intuisi dan keinginanku. Tapi kita tak sama, intuisiku tak sebagus punyamu, seringkali aku terjatuh. Saat jatuh, aku tidak takut dengansesuatu yang disebut “hancur”. Satu-satunya yang kutakutkan adalah dirimu yang ikut hancur atau pilihan-pilihan hidupku yang salah.
Kamu tetap seperti itu, dan  aku tetap seperti ini…


Selama ini aku menunggumu, dan secepat itu aku berpisah denganmu….





Rabu, 05 Juni 2013

aku... kamu...


Aku…

            Berjalan menapaki lorong yang gelap, kelam, sunyi, kotor… terus kutapaki, langkah demi langkah terasa berat tapi semangat terus mengebu, aku harus bisa aku akan pergi kesana… semakin jauh ku berjalan belum pula terasa letih, ada rasa bangga, bahagia, dan haru. Karena selama aku berjalan, kau ada disampingku walau wajah tetap tak menoleh padaku… saat itu, meski ku sendiri, kuyakin kau menemani walau raga tak nampak, lama-kelamaan akhirnya ku lelah dan ingin sekali beristirahat, tapi kurasa dirimu mengatakan tidak dan terus menyuruhku berjalan, akupun terus berjalan seperti pintamu. Dengan peluh keringat membasahi keningku, ku terus berjalan dengan perlahan meski nafas tersenggal dan kuharap perjalanan ini tak akan jauh lagi. Baru kemudian ku menyadari, ternyata kau semakin jauh dariku, karena semakin ku berjalan jauh semakin kau tak pedulikan aku, kau menghilang dan kini tak ada lagi yang menemani aku dalam perjalanan ini. Aku sakit, aku kecewa, aku lelah, aku kehilangan. Aku berteriak dan kau tak mungkin mendengar. Tak ada lagi niat untuk meneruskan lagi semua ini karena kecewaku amat sangat dalam. Di persimpangan lorong ku temui sesosok teman, dia baik, kupikir mungkin ia sepertimu, dulu. Aku menyapanya, dia tersenyum melihatku dan mengajakku berjalan, aku pun ikut bersamanya, tapi ia membawaku ke jalan yang salah, tidak!! Kuharap aku bisa kembali, tapi aku telah berjalan begitu jauh bersamanya, aku terlalu takut untuk kembali seorang diri, dan aku juga takut bila kau kembali ke persimpangan lorong itu untuk menjemputku lagi tapi aku tidak ada, maafkan aku, semoga kita bisa bertemu, berpapasan di jalan, dan aku ingin kembali berjalan bersamamu…

  

Kamu…

            Sekian lama kita menapaki lorong yang gelap, kelam, sunyi, kotor itu bersama, terasa berat, letih, lelah, berpeluh keringat, membasuh kening, meski nafas tersenggal namun semangat terus menggebu untuk tetap berjalan walau perlahan. Semakin lama kita berjalan, tercipta jarak diantara kita, kamu menganggap kamu berjalan sendiri, tak ada lagi yang menemani perjalanan ini (karena jarak diantara kita) kamupun ternyata lelah untuk meneruskan perjalanan ini. Namun dipersimpang jalan lorong itu kamu temui sesosok teman yang kamu anggap baik, dia selalu tersenyum kepadamu, lalu kemudian mengajakmu berjalan, saya tau bahwa kamu sebenarnya menyadari bahwa jalan yang kamu tempuh itu salah, tapi apa daya, kamu telah teramat jauh berjalan.
            Saya kembali lagi ke persimpangan jalan lorong itu untuk menjemputmu, namun kamu ternyata tak disana, hanya terdapat jejak tanda dan petunjuk bahwa kamu pergi berjalan dengan orang lain. Memang sakit dan mengecewakan tapi apa mampuku, aku bingung harus berbuat apa, apa aku harus menyusulmu? Dan berlari mengejarmu lalu menarikmu agar kembali ke “jalan kita?” itu tidak mungkin, kamu telah terlampau jauh berjalan bersamanya, kamu telah kecewa padaku dan mungkin tak ingin bersamaku lagi.  Apa aku harus tetap menunggu di persimpangan jalan ini berharap kau datang kembali? Atau aku harus melanjutkan perjalananku sendiri dan melupakan “jalan kita”.
            Mungkin aku akan berjalan sendiri melanjutkan perjalanan namun tidak melupakan “jalan kita”. Aku akan mengambil arah jalan yang berlawanan dengan jalanmu agar kuharap suatu saat nanti kita akan berpapasan di tengah perjalanan.




Ini kisah, kisah aku dan kamu, aku dan kamu yang sedang mencari, mencari dan terus mencari. Namun, entah apa yang dicari akupun sebenarnya tidak tahu. Aku disini, disini dengan kehidupan yang ku jalani dan kamu disana, juga dengan kehidupan yang kamu jalani. Semoga kita kembali bertemu dalam perjalanan hidup ini.



“TERTAWA, SEDIH, MENANGIS, BAHAGIA”

TERTAWA ketika terjadi sebuah peristiwa yang dilihat oleh mata atau hanya diraskan indera yang lain, kemudian bereaksi menuju otak dan otak langsung mengirimkan sinyalnya ke hati sehingga hati mungkin bentuk dan ukurannya akan berubah dari tadinya menciut menjadi tumbuh mekar diiringi senyuman. Hati akan merasa bahagia dan secara konstan membuat mulut tersenyum, setelah itu berubah menjadi tawa. Tawa itu bukan hanya karena disebabkan oleh rasa bahagia tapi tawa ada karena lucu. Tapi bukan, bukan hanya itu kadang seseorang bisa benar-benar tertawa karena terlalu SEDIH.





MENANGIS, seseorang menangis karena ingin, karena terpaksa, karena dipaksa, karena disengaja ataupun tidak disengaja. Banyak orang membenci tangisan tapi aku anggap mereka kejam, sebagai manusia kita mempunyai naluri untuk menangis entah itu ketika merasa sakit atau sedih. Air mata yang keluar dari pelupuknya kuanggap begitu indah, air bening yang menetes membasahi pipi. Sungguh sangat wajar ketika seseorang menangis dengan tulus. Tulus? Apa mungkin ada tangisan yang tulus? Tentu ada menurutku, karena tangisan itu bisa saja terjadi ketika kita terlampau tulus melebihi batas BAHAGIA.



Senin, 03 Juni 2013

Kenapa harus 'Edelweiss'?



Edelweiss, Edelweiss
Every morning you greet me
Small and white, clean and bright
You look happy to meet me

Blossom of snow may you bloom and grow
bloom and groe forever

Edelweiss, Edelweiss

Bless my homeland forever

Sepenggal lirik lagu yang sering dinyanyikan banyak orang ketika masih kecil, banyak orang bilang bahwa Edelweiss adalah bunga yang melambangkan keabadian. Ketika Edelweiss mekar, dia akan bertahan lama. Edelweiss tumbuh didataran tinggi, di daerah lereng-lereng gunung. Tidak hanya mengandung makna abadi namun bunga ini bisa disebut bunga yang kokoh karena Edelweiss bisa mengajarkan kepada manusia tentang kegigihannya dalam menghadapi situasi apapun, jadi Edelweiss bercerita tentang pengorbanan. Edelweis tidak mati ataupun layu ketika berada di suhu yang dingin dan bahkan bisa mencapai suhu dibawah , Edelweis juga tidak akan layu begitu saja. Disini Edelweiss berbicara tentang ketulusan. Bunga yang kecil namun sangat indah jika bersatu. Seperti manusia yang seharusnya tidak hidup sendiri, jika bisa bersatu akan membuat hubungan lebih indah.



Banyak  hal yang bisa kita teladani dari satu jenis bunga bernama Edelweiss, Aku ingin menjadi Bunga Edelweiss yang tumbuh di atas ketinggian, yang sulit didapatkan orang, yang kokoh bertahan dari serangan berbagai cuaca dan kondisi, Edelweiss tumbuh dengan tulus. dan setelah didapatkan dia akan setia menjaga keindahan, keabadiannya.



First, introduce my self...

Hallo,
Terlebih dulu kita harus saling mengenal, saya perempuan berumur 21thn dengan nama lengkap Dilia Mariam Rinjani. kenapa harus 'Dilia'? bukan 'Delia' atau 'Adelia'? saya sering berfikir bahwa nama saya aneh dan jarang dipakai orang dan bahkan tidak ada arti spesifik dari nama 'Dilia' ini. Tapi ternyata filosofi dari nama 'Dilia' sungguh membuat saya kagum pada kedua orang tua saya yang begitu kreatif, romantisnya kedua orang tua saya akhirnya menurun pada putri perempuannya (hehe narsis). kemudian nama tengah, Mariam. Nama ini konon katanya diambil dari salah satu nama perempuan mulia, Siti Maryam Ibunda Nabi Isa AS, mungkin dulu orang tua saya berharap saya meneladani kisah Maryam sebagai wanita yang disucikan Tuhan. Dan terakhir 'Rinjani' sejak dulu saya sangat suka dipanggil dengan nama terakhir saya ini, terkesan indah dan anggun , Rinjani sendiri diambil dari nama salah satu gunung tertinggi di Indonesia, dan keindahannya dikenal sangat luar biasa, sejak remaja Ayah saya adalah seorang pencinta alam, beliau mendaki banyak gunung di Indonesia dan beliau berkeyakinan bahwa gunung Rinjani adalah yang paling indah, luar biasa, dan tidak akan pernah terlupakan memori pendakian ke Gn. Rinjani.


Saya seorang mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan di Kota Bandung, tidak banyak cerita menarik tentang akademis saya di kampus, tapi hal non-akademis lah yang lebih sering ada dan mewarnai kehidupan saya sebagai mahasiswi. Belum bisa disebut sebagai sorang Aktivis dengan kegiatan aksi, demonstrasi, konsolidasi, dan kajian-kajian kenegaraan dengan agenda yang padat, saya masih punya banyak waktu luang untuk mengurus dan memanjakan diri saya dengan bermalas-malasan depan tv. 


Dan sekedar informasi untuk menjalin silaturahmi bisa menghubungi saya di:

e-mail : dilia.rinjani@gmail.com
twitter : @DiliaRinjani
ID LINE : diliyarinjani

kita bisa berbincang tentang apapun, di media apapun, kapanpun, dimanapun, dengan bahasa apapun, oke mulai berlebihan. Jadi jangan sungkan untuk berbincang ya!!



Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Advertisement

Home Ads

Advertisement

Follow us

Advertisement

About Author

About Me
Munere veritus fierent cu sed, congue altera mea te, ex clita eripuit evertitur duo. Legendos tractatos honestatis ad mel. Legendos tractatos honestatis ad mel. , click here →

Like us on Facebook

Flickr Images

About me

Saya adalah seorang yang 'easily bored' and bad-tempered idealis yang kurang lebih artinya adala "males"

Facebook

Pages

Blogroll

Pages - Menu

About

Pages - Menu

Flickr Images

Blogger templates

Popular Posts

Popular Posts