Apa kabar? Terakhir saya membuat surat permintaan maaf sudah
lebih dari satu tahun yang lalu, saat itu saya meminta maaf karena telah selalu
membuatmu bingung, saya selalu marah karena hal kecil, dan saya selalu
menunjukan sikap yang tidak baik terhadapmu sehingga kamu bilang saya berubah,
benar apa katamu, bahkan setahun yang telah kita lewati bersama sudah merubah
diri saya sedemikian banyaknya, saya tidak lagi memilih marah dan membuatmu
kesulitan untuk meredakan amarah saya dengan mengejar-ngejar saya sepanjang
jalan, kini saya lebih memilih diam dan menjauh juga menutup segala pintu
komunikasi diantara kita, alasanya saya hanya takut salah berbicara dan membuat
masalah semakin rumit, lihatlah saya telah benar-benar berubah kan?
Sekarang hubungan kita sudah bukan seumur jagung lagi,
mungkin sudah seumur padi atau pohon apel yang bahkan saya tidak benar-benar
tahu padi atau pohon apel membutuhkan waktu berapa lama sampai bisa dipanen,
baiklah sekarang kita bukan sedang membicarakan masa panen. Sebenarnya saya
hanya ingin bilang bahwa kita sudah bersama cukup lama, kita sudah melewati
banyak kebahagiaan dan kesedihan, tapi kita tidak akan pernah tahu sampai kapan
kita bisa bersama, maka alangkah baiknya selama kita masih bersama kita harus
menciptakan lebih banyak kebahagiaan daripada kesedihan, tapi menurut saya kita
tidak memiliki pendapat yang sama tentang hal ini.
Kamu selalu bilang bahwa kamu sangat benci melihat saya
menangis, tapi kenapa kamu semakin hebat melakukanya, semakin hebat menjadi
alasan penyebab tangisan saya. Kamu bilang kamu mencintai saya, tapi kamu lebih
pandai membuat saya menangis daripada tertawa? kamu bilang kamu mencintai saya
tapi kenapa kamu masih mencoba mencuri hati wanita lain? kamu bilang kamu
mencintai saya tapi kenapa kamu masih menghubungi wanita lain untuk mendapat
perhatianya?
Kita tidak pernah kehabisan topik pembicaraan saat bersama,
kamu tidak pernah berhenti bicara tentang hal yang menarik perhatianmu, kamu
selalu mendadak menjadi seorang yang bijak saat kita membicarakan masalah
kehidupan, kamu lancar sekali berbicara tentang hal yang membanggakan dalam
pekerjaanmu. Tapi kenapa mulutmu tidak bergeming saat melihat saya menangis?
mengapa mulutmu terkunci saat saya marah? mengapa kamu diam seperti kehilangan
suara saat bukti pengkhianatanmu terbongkar oleh saya? Mengapa semua kejadian
ini harus terjadi beberapa kali? Apakah kamu tidak pernah belajar dari sebuah
kesalahan? Atau pelajaran yang kamu terima belum cukup sehingga harus melakukan
kesalahan lagi?
Sampai saat ini entah sudah berapa kali kamu membuat saya
menangis, saya sampai tidak bisa menghitungnya, atas segala kesalahan yang
telah kamu perbuat saya sudah selalu memaafkanya. Saya juga bukan tidak pernah
berbuat salah, saya juga seringkali berbuat suatu hal yang tidak baik padamu,
tapi bahkan sekarang saya sudah terlalu sering mendengar kata maaf darimu,
artinya sudah banyak sekali juga kesalahanmu sehingga kamu harus selalu perlu
meminta maaf. Ketika saya mendengar kata maaf saya selalu teringat tentang
sebuah kesalahan dan semakin sering saya mendengarnya ingatan tentang segala
kesalahan semakin membekas dalam ingatan saya, maka saya tekankan bahwa sudah
cukup tidak usah meminta maaf lagi.
Satu hal yang sangat saya benci adalah bahwa kamu tidak
pernah merasa puas dengan apa yang kamu punya, kamu selalu bermain main dengan
api walaupun kamu tahu kamu bisa saja terbakar, dan bahkan ketika kamu terbakar
kemudian menderita luka bakar lalu menangis karena kesakitan saya datang dengan
salep penyembuh luka bakar, dan akhirnya kamu sembuh. Tapi tidak lama dari
insiden itu kamu kembali menyalakan api dan bermain-main denganya seakan lupa
pernah mengalami sakit karena terbakar. Saya tidak habis pikir bahwa kamu bisa
begitu mudahnya melupakan sebuah rasa sakit, oh maaf perlu saya tegaskan disini
saya yang sakit, kamu yang terbakar dan saya yang terluka. Baiklah, tentang
api, terbakar dan luka bakar hanya merupakan kiasan, tapi kata “sakit karena
terbakar” sangat nyata dirasakan dan tidak bisa lagi saya buatkan kata-kata
kiasannya.
Sampai saat kemarin ketika saya bilang bahwa sebaiknya kita
tidak usah bertemu dan berkomunikasi dulu sampai kita bisa mengerti diri kita
masing-masing, tapi kalimat yang kamu ucapkan pertama kali adalah “lalu
bagaimana dengan tugas kuliah saya?”-- Yaa Tuhan saat itu rasanya saya ingin
melempar gelas ke wajahmu, disaat saya bicara serius tentang hubungan kita,
kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, kamu begitu takut kehilangan seseorang
yang selama ini bisa kamu manfaatkan untuk mengerjakan tugas-tugasmu, bukan
takut kehilangan pasangamu. Tapi saya masih menahan emosi saya dan berkata
“tugas-tugas akan saya kirim lewat email” kamu langsung meng-iya-kan dan pergi
tanpa menoleh saya, saya hanya diam terpaku untuk beberapa saat dan kemudian
sadar bahwa saya adalah wanita yang cukup kuat atas segala hal yang telah kamu
lemparkan pada saya, dan saya menguatkan kedua kaki saya untuk melangkah pergi
sendiri kembali bisa pulang kerumah saat malam hari dengan kendaraan umum,
kembali pada diri saya yang lama, yang selalu kuat berdiri diatas kaki saya
sendiri, meyakinkan diri saya bahwa saya akan selalu baik-baik saja dan menjadi
lebih kuat untuk melewati semuanya.
Saya sangat benci dengan seseorang yang selalu menampakan
sisi baiknya saja, tidak pernah marah, tidak pernah membentak, berpura-pura
menjadi domba yang bersahabat tapi menikam saya dari belakang, kamu mungkin
tidak pernah mengumpat saya dengan kata-kata kasar tapi kamu melakukan itu
dalam hatimu, kesal kepada saya lalu melampiaskan dengan mengkhianati saya,
saya lebih baik dimaki-maki dihadapan muka saya tapi setelah itu masalah
selesai. Dan sebenarnya saya bukan orang yang suka menunda masalah dengan diam
menunggu suasana lebih tenang, saya lebih suka menyelesaikan masalah saat itu
juga, tapi kali ini kenapa saya memilih pergi dan diam adalah karena saya sudah
terlalu bingung harus menghadapi orang seperti kamu dengan cara apa lagi.
Saya mengucapkan banyak terimakasih, karena berkat apa-apa
yang telah kamu perbuat pada diri saya, saya sudah banyak belajar, saya sudah
memiliki lebih banyak pengalaman untuk berurusan dengan seseorang seperti kamu,
saya sudah bisa lebih kuat untuk menghadapi dunia nantinya, manajemen konflik
saya sudah semakin baik, saya sudah bisa mengatur perasaan saya dengan lebih
baik, dan saya sudah belajar bagaimana caranya untuk sebisa mungkin tidak
berbuat curang pada pasangan karena saya sudah merasakan bahwa dicurangi itu
sangat menyakitkan.
Menurut saya orang baik bukanlah yang suka memberi banyak
hal pada orang lain, orang baik adalah orang yang tidak pernah melukai hati
orang lain. Karena sebuah luka, sekecil apapun tetaplah luka dan tidak akan
pernah ada orang yang nyaman dengan luka dihatinya. Saya bukanlah orang yang
baik dan diperlakukan baik oleh orang lain,
kamu telah sedemikian banyak membuat hati saya terluka dan dengan
tulisan ini mungkin saya telah sangat dalam melukai hati kamu, saya sadar apa
yang saya tulis sangatlah kasar dan begitu menyakitkan ketika dibaca, tapi
pahami lah bahwa ini merupkan luapan emosi perasaan saya yang hanya bisa saya
tumpahkan melalui sebuah tulisan, kamu bisa mengabaikan apa yang saya tulis,
kamu memiliki hak penuh atas apa saja yang akan kamu lakukan.
Ketika kamu selesai membaca tulisan ini, kamu boleh memaki
saya dalam hati atau langsung berteriak dihadapan muka saya, kemudian kamu bisa
kembali menjalani hidup dengan baik dan tetap melukai beberapa orang
disekitarmu, kamu bisa kembali berbahagia karena telah berhasil membodohi satu
orang seperti saya sedemikian lamanya, entah saya yang bodoh atau kamu yang
tidak cukup pintar membodohi saya sehingga saya selalu sadar telah dibodohi
namun tetap bodoh untuk merasa cukup sudah memiliki kamu dan berdiri
disampingmu selama ini.
Atas segala yang telah kita lewati bersama, atas komitmen
abal-abal yang telah kita genggam selama ini, kamu memiliki hak untuk
menentukan akan seperti apa kita kedepanya, dan kamu perlu tahu bahwa masalah
dalam hidup saya bukan hanya menyangkut masalah perasaan, saya masih punya
segudang masalah yang harus saya hadapi, saya mempunyai tanggung jawab atas
kehidupan keluarga saya, saya harus menjalani hidup yang cukup keras untuk bisa
bertahan hidup, jadi saya tidak akan membuang-buang waktu untuk fokus dalam
masalah antara saya dengan kamu. Saya tidak yakin seseorang seperti kamu akan
mau berbagi persoalan hidup dengan saya jadi cukuplah saya sendiri yang akan
mengatasinya, saya akan sangat bersyukur jika nantinya akan ada orang yang bisa
menemani saya memenangkan sebuah dunia tapi saya tidak banyak berharap dan saya
akan berani berperang dengan kehidupan ini hanya sendirian.
Jadi karena sampai saat ini kamu tidak pernah tahu saya bisa
sekuat apa, kamu tidak pernah tahu makanan apa yang saya suka, kamu tidak akan
pernah tahu lagu apa yang bisa menenangkan diri saya, kamu tidak pernah tau
dimana tempat yang bisa membuat saya nyaman, kamu tidak pernah tahu kenapa saya
selalu membawa asam mefenamat dalam tas saya, kamu tidak pernah tahu mengapa
saya selalu bermasalah dengan pencernaan, kamu tidak pernah tahu apa yang saya
inginkan dan kamu tidak pernah berusaha, maka saya cukup tahu diri untuk
menangkap apa maksud dari semua ini.
Terimakasih banyak sudah menyempatkan untuk membaca tulisan
ini, pasti sangat membosankan. Saya tidak tahu kapan tepatnya kamu akan membaca
ini semua, jika saat kamu membaca ini dan kondisi hubungan kita sudah lebih
baik, mungkin ini hanya akan menjadi tulisan yang biasa saja, tapi jika kamu
membaca tulisan ini saat kondisi hubungan kita semakin buruk maka pahamilah
setiap untaian kata yang saya rangkai, dan kamu tidak bisa hanya membacanya
satu kali.
0 komentar:
Posting Komentar